Padang – Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera barat (Sumbar) tengah melakukan penelitian mendalam terkait dugaan kelainan genetik pada anak harimau sumatra yang lahir di Taman Margasatwa dan Budaya Kinantan (TMSBK) Bukittinggi. Investigasi ini dilakukan oleh tim medis.
Kepala BKSDA Sumbar Hartono menanggapi kematian seekor anak harimau sumatra berjenis kelamin jantan pada 1 Juni 2025. Ia menjelaskan bahwa dari indukan yang sama, generasi satu hingga kelima, sebagian besar anak harimau diduga mengalami kelainan genetik. “Dari generasi satu sampai kelima, ternyata kebanyakan anak harimau diduga mengalami kelainan genetik,” kata Hartono, Rabu (25/6/2025).
Anak harimau yang diduga mengalami kelainan genetik tersebut lahir dari pasangan induk Bujang Mandeh dan Yani. Dari pemeriksaan dan dugaan sementara, umumnya anak harimau yang lahir dari pasangan tersebut diduga mengalami kelainan genetik. Oleh karena itu, BKSDA bersama tim medis masih terus mendalaminya.
BKSDA bersama pihak terkait hingga kini masih mempelajari apakah kematian anak harimau sebelumnya memiliki kaitan atau tidak dengan faktor dugaan kelainan genetik.Hartono menjelaskan, anak harimau yang lahir di luar habitat asli seperti di TMSBK, mendapatkan penanganan tersendiri, terutama dari aspek pengawasan kesehatan serta keselamatan anak dan indukan harimau.
Menurutnya, TMSBK Bukittinggi selama ini berhasil dalam hal konservasi spesies harimau, terutama yang menyangkut breeding atau pengembangbiakan harimau sumatra. Sebab, hingga saat ini sudah ada 11 spesies harimau di TMSBK bukittinggi. “Artinya, melihat perkembangannya, harimau ini luar biasa,” ujar hartono.
Bahkan, saat Ketua Komisi IV DPR RI Siti Hediati Soeharto memberikan nama kepada sepasang anak harimau di TMSBK pada 21 Juni 2025, hanya selang waktu lima bulan indukan yang sama sudah kembali beranak.”Artinya ini adalah sesuatu yang luar biasa terkait dengan breeding untuk spesies harimau,” katanya.